Episode 3: Bayangan yang Mengikuti


Elly berjalan pulang setelah pertempuran yang menguras fisik dan mentalnya. Namun, meski tubuhnya lelah, pikirannya tetap terjaga. Dalam setiap langkahnya, ia merasakan ada sesuatu yang menggelisahkan—seperti ada bayangan yang mengikutinya. Sesaat ia merasa seolah dunia mulai berputar lebih cepat, dan rasa aman yang selama ini ia miliki mulai rapuh.

Ketika langkahnya mencapai ujung jalan, suara langkah kaki dari belakang membuatnya berhenti sejenak. Dengan gerakan cepat, Elly memutar tubuhnya dan mendapati sosok pria besar itu lagi—si penantang yang tadi ia kalahkan. Namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Pria itu tidak menantangnya lagi, tidak dengan nada keras seperti sebelumnya. Kali ini, ia terlihat lebih serius.

"Elly, ada yang harus kamu ketahui." Suaranya berat, lebih rendah, lebih penuh beban. Ada keraguan di dalamnya, yang bahkan ia sendiri tak bisa sembunyikan.

Elly mengangkat alis. "Katakan," jawabnya, suaranya tetap tegas meskipun ada sedikit rasa curiga.

Pria itu menghela napas panjang, menatap ke langit malam yang gelap. "Aku bukan musuhmu. Aku datang karena aku tahu ada sesuatu yang lebih besar daripada sekadar pertarungan fisik ini. Aku... Aku harus memberitahumu sesuatu."

Ada keheningan. Elly menunggu, menatap pria itu dengan penuh perhatian. "Apa yang kamu maksud?" tanyanya, kali ini lebih lembut, namun tetap penuh kewaspadaan.

Pria itu menundukkan kepala, seolah bergulat dengan pikirannya sendiri. Setelah beberapa detik, ia akhirnya berkata dengan suara hampir bisu, "Kekuatan yang kamu temui dalam dirimu—itu bukan hanya dari latihanmu. Ada sesuatu yang lebih dalam, lebih tua. Sesuatu yang terkait dengan sejarah BKI, dan yang harus kamu ketahui adalah—kamu bukan hanya sensei biasa. Kamu adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar, yang sudah lama tertidur.”

Elly mendengus, masih berusaha mencerna kata-katanya. “Apa maksudmu dengan ini?” tanyanya, nada suaranya mulai terasa penuh rasa ingin tahu.



Pria itu mengangkat wajahnya, matanya bertemu dengan mata Elly. Ada ketegangan yang semakin memuncak. “Ada organisasi yang lebih tua, yang dulu mengendalikan segala sesuatu di BKI. Mereka mengawasi, memonitor, dan mereka tidak suka melihat ada seseorang yang memiliki potensi sebesar dirimu—terutama karena kamu tahu rahasia mereka. Mereka menganggapmu sebagai ancaman.”

Elly merasakan gelombang ketegangan yang menggulung di dalam dirinya. “Ancaman? Siapa mereka? Kenapa aku?” Suaranya menjadi lebih keras, karena rasa bingung yang kini menyelimuti hatinya.

Pria itu menatapnya dengan wajah serius. “Aku bukan orang baik, Elly. Aku hanya seorang bagian dari masa lalu yang mencoba menghapus jejaknya. Tapi aku ingin kamu tahu—kamu telah menarik perhatian mereka. Mereka akan datang. Dan kali ini, pertarunganmu bukan hanya untuk dirimu sendiri.”

Keheningan menyelimuti malam itu. Elly tidak bisa menahan diri untuk tidak berpikir keras—siapa mereka? Dan apa hubungannya dia dengan organisasi rahasia yang begitu kuat dan misterius?


Malam itu, Elly kembali ke dojo dengan perasaan yang sangat berbeda. Seperti ada beban baru yang kini tergantung di pundaknya. Ia merasakan sesuatu yang besar, yang jauh lebih dari sekadar pertarungan fisik—ini adalah perang dalam bayangan, yang akan menguji lebih dari sekadar kekuatan tubuh, tetapi juga kemampuan mental dan hati.

Namun, setibanya di dojo, Elly disambut oleh suara riang yang sudah sangat ia kenal.

Sensei Elly, kamu nggak akan percaya!” suara ceria Rico memecah keheningan, membuat Elly sejenak melupakan kekhawatiran yang tadi melanda. Rico, pemuda yang selalu penuh tawa, berjalan dengan lincah ke arahnya, menenteng tas pelatihan dengan gaya berlebihan.



“Ada apa, Rico?” tanya Elly, sedikit terkejut melihat semangatnya yang tak pernah pudar.

Aku baru saja melatih gerakan baru! Lihat!” Rico langsung melompat ke tengah ruang latihan dan memulai gerakan Kempo yang terlihat lebih seperti tarian. “Kamu pasti nggak akan bisa menandingi aku, Sensei! Aku sudah menyempurnakan ini!”

Elly tak bisa menahan tawa, melihat Rico yang dengan serius mengerahkan segala kemampuan fisiknya untuk gerakan yang agak aneh namun lucu itu. “Itu lebih mirip jurus kesurupan, Rico,” ujar Elly sambil tertawa ringan.


Rico tersenyum lebar. “Pokoknya, kalau ada turnamen, aku pasti menang! Kamu juga, kan, akan ikut bertanding?” tanyanya dengan antusias.

Elly hanya menggelengkan kepala, tetapi dalam hati ia merasa sedikit lebih ringan. “Aku nggak tahu. Aku masih memikirkan hal-hal yang lebih besar, Rico. Ada ancaman yang lebih serius daripada sekadar bertanding.”

Rico berhenti sejenak, mendengar kata-kata Elly yang serius. Wajahnya langsung berubah, meski senyum tetap tak lepas dari bibirnya. “Apapun itu, Sensei. Kita hadapi bersama, kan? Aku selalu siap untuk bersenang-senang, tapi kalau harus serius, aku akan ada di belakangmu.”

Elly merasa terharu mendengar kata-kata Rico. Meskipun selalu ceria dan penuh tawa, Rico adalah teman yang bisa diandalkan. Dalam dunia yang semakin gelap dan penuh ancaman ini, Elly tahu bahwa ia tidak akan menghadapinya sendirian. Bersama Rico, mereka akan menghadapi segala tantangan yang datang.


Sementara itu, di luar dojo, bayang-bayang gelap mulai bergerak mendekat. Ada sesuatu yang lebih besar, lebih kuat, yang siap menghancurkan kedamaian yang telah mereka nikmati. Elly dan Rico tidak hanya berhadapan dengan kekuatan fisik—tetapi dengan kekuatan yang mengancam eksistensi mereka.

0 Comments

🏠 Home